Sunday, 27 March 2016

Bantu Sesama Muslim

Tazkirah maghrib

KISAH ORANG YG TERKENTUT

Dikisahkan bahawa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid. Lalu terciumlah bau kentut di antara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau tersebut, salah seorang dpd mereka berdiri dan berkata, “Barangsiapa yang kentut, silakan bangun.”

Hening, tak seorang pun berdiri. Ketika datang waktu ‘Ishak mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu setelah ini.

Orang itulah yang kentut.”
Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar. Masih seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, mungkin malu. Lalu Bilal pun bangun untuk mengumandangkan adzan.

Akan tetapi Nabi sollallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu' lagi. Lalu seluruh sahabat pun ikut berwudhu' dan tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu. Subhanallah.

Sungguh, dalam diri Rasulullah S.A.W. terdapat teladan yang baik bagi kita semua.

Dalam kisah yang lain, suatu hari setelah solat 'Asar di Masjid Quba', seorang sahabat mengundang Rasulullah sollallahu 'alaihi wa sallam beserta jamaah untuk meni'mati hidangan daging unta di rumahnya.

Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap.
Rupa²nya di antara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah S.A.W. sedikit berubah tanda tidak senang.

Maka tatkala waktu solat Maghrib hampir masuk, sebelum bersurai, Rasulullah S.A.W. berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu'!"
Mendengar perintah Rasulullah S.A.W. tersebut, maka seluruh jamaah mengambil air wudhu'. Maka terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.

Kisah tentang menjaga perasaan saudara seiman pun terjadi pada seorang 'ulamak, iaitu Shaikh 'Abdurrahman Hatim bin Alwan.

Beliau merupakan salah satu 'ulamak besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan HATIM AL-A’SAM, yang ertinya Hatim si pekak. Suatu ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau.

Namun, tanpa sengaja dia terkentut dengan suara yang cukup keras. Wanita itu tersalah tingkah, menahan malu. Lalu shaikh ini pura-pura pekak, dan meminta wanita mengulangi pertanyaannya.

Dengan sikap sang shaikh, wanita itu pun berasa lega. Dia mengira shaikh benar-benar pekak. Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara.

Wanita itu hidup selama lima belas tahun setelah kejadian tersebut. Selama itu pula Shaikh Hatim berpura-pura pekak sehingga wanita itu meninggal, ia tak pernah tahu akan kepura-puraan beliau.

Tiga kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang Muslim untuk menjaga kehormatan saudaranya. Bukannya dgn mentertawakannya atau menyebarkan aibnya.
Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi sollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

Sesiapa yang menutupi aib seorang Muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya.
(Muttafaq 'alaih)

Ustadz Iqbal Zain

No comments:

Post a Comment